Masa Sulit Pariwisata Bali, Ayu Saraswati: Saatnya Kita Berbenah

Denpasar, IDN Times – Di tengah terpaan pandemik COVID-19 ini, Owner dan CEO Toya Devasya Hot Spring, Putu Ayu Astiti Saraswati (41), mencoba tetap menyikapinya dengan cara yang positif. Menurutnya, inilah momen penting untuk melakukan pembenahan dan memperbaiki pariwisata Bali, termasuk mempererat kolaborasi di Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA) Bali.

“Dulu mungkin saat sibuk banyak hal yang terlewatkan. Nah, di saat pandemik ini kita bisa berpikir kembali, merenungkan ulang, apa sesungguhnya yang perlu kita perbaiki bersama-sama,” ungkap perempuan satu-satunya yang masuk dalam daftar calon Pemimpin ASITA Bali pada 25 Agustus 2021 mendatang.

Saat situasi begitu sulit dan penuh ketidakpastian, mengapa Ayu Saraswati mau mengambil risiko untuk maju menjadi calon pemimpin ASITA? Pembaharuan apa yang ia tawarkan? Bagaimana pula seharusnya pariwisata Bali berbenah? Berikut wawancara IDN Times dengan Ayu Saraswati yang juga owner dan CEO Toya Yatra Travel, pada Kamis (19/8/2021):

  1. Banyak hal yang berubah selama pandemik COVID-19 ini

Ayu Saraswati menyadari bahwa selama pandemik ini, banyak sekali yang berubah dalam tatanan kehidupan masyarakat. Begitu pula kehidupan dan kebiasaan orang berwisata. Perubahan itu mulai ia rasakan, khususnya ketika tiga bulan pertama masa pandemik. Pada saat itu setiap tempat wisata secara serentak harus tutup dan perusahaan jasa perjalanan berhenti beroperasi.    

Dalam kondisi yang tidak pasti, pada bulan keempat, Ayu Saraswati berani mengambil risiko dengan kembali membuka Toya Devasya Hot Spring yang berlokasi di Kintamani, Kabupaten Bangli. Sementara tempat lainnya memilih tetap tutup, terlebih penerbangan internasional ditiadakan sehingga tidak ada wisatawan asing yang berlibur ke Bali.

Menurut Ayu Saraswati, ternyata keputusannya untuk mencoba buka adalah pilihan yang tepat. Dari sedikitnya tempat wisata yang beroperasional, Toya Devasya Hot Spring justru menjadi tempat tujuan para influencer.

“Pasti orang-orang juga merasa bosan. Kita yang terbiasa beraktivitas, juga pasti merasa aneh ketika tiba-tiba harus diam,” ucapnya.

Apabila dibandingkan tahun 2019, pendapatan yang diperoleh memang jauh berbeda. Pada pertengahan tahun 2020, yang tercapai hanya 10 persen. Dari momen itulah Ayu mencoba memahami berbagai perubahan yang terjadi dan terus mencari solusi untuk menghadapi semua itu. Menurutnya, semua pengusaha harus bisa menyesuaikan diri dan masuk ke dunia digital.

“Selama pandemik ini, tanpa kita sadari perubahan terjadi terus. Behaviour berubah. Kita yang terbiasa volume tamu banyak, sekarang kan sudah sedikit. Jadi itu bisa menjadi momen untuk mengenal para tamu dengan lebih dekat, dari mana mereka, siapa mereka. Dari sana saya menyadari bahwa ternyata setelah sekian lama tutup dan ketika buka kembali, banyak sekali perubahan yang terjadi. Pandemik ini saatnya kita melakukan pembenahan,” tegasnya.

  1. Fokuskan energi untuk kepentingan yang lebih besar yaitu Bali bisa bangkit

Anjloknya dunia pariwisata, tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, melainkan hampir seluruh negara di dunia. Melihat kondisi satu setengah tahun belakangan ini, Ayu Saraswati menilai sesungguhnya Indonesia termasuk masih beruntung. Mengapa?

“Sebetulnya Indonesia masih beruntung karena setidaknya masih bisa traveling domestik,” ujar alumni Monash University, Melbourne, Australia tersebut. Hanya saja untuk kembali ke posisi perekonomian seperti tahun 2019, akan memerlukan waktu yang cukup lama. Para wisatawan domestik pun sekarang cukup berhitung dalam melakukan pengeluaran. Karena penghasilan sebagian besar masyarakat semakin terbatas. 

Ia memprediksi, apabila vaksinasi bisa dirampungkan tahun 2021 ini, setidaknya tahun 2022 Indonesia dan tentunya Bali, bisa perlahan bangkit kembali. Tahun 2023 atau 2024, mulai kembali merintis untuk mencapai kondisi yang normal.

“Seandainya pun border sudah dibuka, tetap perlu pemanasan dulu. Airlines juga pasti masih wait and see, seperti Singapore Airline yang pada Juli lalu rencana sudah terbang ke Bali, tapi ternyata terpaksa harus ditunda,” jelasnya. 

Seraya menunggu pembukaan border, menurut Ayu momen sangat penting digunakan untuk melakukan perbaikan di segala lini, terutama infrastruktur pariwisata. Harapannya, ketika penerbangan internasional sudah benar-benar dibuka, Bali pun sudah sepenuhnya siap menghadapi berbagai tantangan dan kompetisi. 

“Energi kita fokus untuk kepentingan yang lebih besar, bagaimana Bali bisa bangkit kembali. Kita berkolaborasi bersama dan kesampingkan ego. Misalkan border sudah buka, tapi tidak bisa langsung kan satu atau dua tahun langsung normal? Kalau border belum buka, pelaku industri juga tidak bisa berbuat apa-apa. Saat ini masih pemerintah yang memegang peranan,” ungkapnya.

Ke depannya kondisi juga akan semakin kompetitif karena setiap negara pasti menginginkan hal yang sama.

  1. Perempuan Bali juga mampu menjadi pemimpin

Dalam setiap persoalan pastilah ada solusi. Begitu juga dengan keyakinan Ayu Saraswati. Ia percaya, dengan usaha yang dilakukan bersama-sama, pandemik ini bisa diatasi.

“Semua travel agent, dari yang kecil sampai yang paling besar sekalipun, kini berada dalam situasi yang sama. Semua menghadapi hal yang sama persis. Jadi untuk bisa bangkit kembali, kita perlu jalan bersama. Memang pada Desember hingga Juli lalu masih ada yang jalan. Tapi yang lain banyak yang non-aktif, mereka tiarap, ganti haluan ke catering. Banyak juga yang jadi petani,” ucapnya.

Perempuan yang sempat menjadi Sekretaris ASITA untuk Asean Market (Bali), menilai perlunya mempersiapkan ASITA untuk menghadapi perubahan-perubahan ini.

“Jadi bisa dengan konsep kolaborasi dan sinergi ASITAONE dan BALIONE, antar sesama anggota dan anggota dengan pemerintah serta stakeholder lainnnya,”  jelasnya.

Menjadi pemimpin dalam situasi seperti ini memang tidaklah mudah. Tapi Ayu Saraswati percaya, perempuan juga bisa menjadi pemimpin yang tangguh. Terlebih selama hampir 50 tahun keberadaan ASITA, belum pernah dipimpin oleh perempuan.


Artikel ini telah tayang di www.bali.idntimes.com, https://bali.idntimes.com/life/inspiration/ni-ketut-sudiani/profil-ayu-saraswati-ceo-toya-devasya-hot-spring?page=all